Pembuatan
Antena Yagi 2,4 GHz
v
TEORITIS ANTENA YAGI 2.4 GHz
Antena yagi adalah salah satu jenis
antenna radio atau televise yang diciptkan oleh Hidetsugu Yagi. Antena ini
bersifat direksional, yaitu menambah gain hanya pada salah satu arahnya. Sisi
antenna yang berada di belakanh reflector memiliki gan yang lebih kecil
daripada di depan director.
Bagian bagian antenna yagi :
Adalah titik
catu dari kabel antenna,biasanya panjang fisik driven adalah setenggah panjang
gelombang(0,5)dari frekuensi radio yang di pancarkan atau di terima.
2.Reflektor
Adalah bagian
belakang antenna yang berfungsi sebangi pemantul sinyal, dengan panjang
fisiklebih panjang dari pada driven.panjang biasanya adalah (5,5)
3.Direktor
Adalah bagian
pengarah antenna,ukuranya sedikit lebih pendek daripada diriven. Penambahan
batang director akan menambah gain antenna,namun akan membuat pola pengarahan
antenna menjadi lebih sempit. Semakin banyak jumlah director maka semakan
sempiy arahnya.
4.Boom
Adalah bagian
ditempatkanya driven reflector,dan director.Boom berbentuk sebantang logam
atau kayu yang panjangnya sepanjang
antenna itu.
5.Gambut
Brotherhood
Adalah bagian
yang digunakan untuk menangkap gelombang sinyal dan menstabilkanya .
v
Alat
dan bahan
A. Alat
1. BOR
2. Solder
3. Tang Potong
4. Obeng
B. Bahan
1. Kawat tembaga
Ukuran 2,5 MM
2. Alumunium
Kotak ukuran 100 Cm
3. Lem
Atleco/Lem Besi
4. Timah Solder
5. Box
Sambungan kabel telepon/Box UHF
6. Papan
PCB
7. Kabel
Pigtail
8. N-Konektor
Chassis
9. Serbuk
Etching
10. Sekrup
v
Langkah Kerja
Tahap-tahap
pembuatan antena yagi dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.
Potong aluminium sesuai
dengan dimensi antena yang telah diperoleh dari proses perancangan. Perlu
diketahui bahwa satuan dari perancangan adalah dalam λ sehingga dimensi perlu
dikonversi kedalam satuan cm. Nilai λ adalah 12,5 cm didapat dari cepat rambat
cahaya sebesar
m/s dibagi dengan frekuensi yang digunakan
yaitu 2,4 GHz. Pipa aluminium dan tembaga dipotong menjadi beberapa bagian
dimana ukurannya berdasarkan dengan dimensi yang didapat pada Tabel 1. Untuk
antena yagi 15 elemen dibutuhkan 1 elemen sebagai reflector, folded dipole sebagai driven dan 15 elemen sebagai directors.

Gambar 2. Potongan
Aluminium Sebagai Elemen Antena Yagi 15 Elemen
2.
Pada boom (aluminium persegi) dilubangi
dengan bor untuk memasukan elemen pada boom
dan mempermudah pemasangan. Setelah boom dipotong
dan dilubangi, elemen elemen antena dipasang pada boom. Untuk memasang antena digunakan Mur atau Baud untuk
memudahkan antena terpasang pada boom.
Gambar 3. Pemasangan
elemen pada boom (a) boom terbuat dari aluminium (b) elemen yang terpasang pada
boom
3.
Setelah pemasangan element selesai, barulah membuat brass wire (kabel kuningan) atau antena folded dipolenya untuk disambungkan pada
N konektor sesuai dengan ukuran yang sudah ditentukan. Ini merupakan inti dari
pembuatan antena tersebut, dengan maksud supaya frekuensi yang diharapkan bisa
tercapai.
Gambar 5. Skema
pemasangan antena dipole (a) gambar skema ukurannya (b) antena folded dipole
yang sudah tersambung pada N konektor
4.
Pemasangan konektor ini
adalah bagian akhir dari pembuatan antena yagi Uda. Pemasangan konektor
haruslah diperhatikan dengan baik. Karena pemasangan yang kurang tepat dapat
menyebabkan antena mudah kehilangan sinyal. Konektor yang dipakai pada antena
ini adalah konektor jenis N-Female.
Gambar 6. Jenis N
konektor (a) Konektor N-female (b) konektor yang sudah terpasang
5.
Antena yagi yang telah
selesai dibuat merupakan hasil dari perancangan yang ada.
Hasil pengujian
Setelah selesai
proses pembuatan antena, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengukuran
dan pengujianantena yang telah dibuat. Pengukuran dilakukan agar bisa
mendapatkan data dari sistem tersebut sehingga dengan data ini dapat mengetahui
kinerja dari antena yang telah di rancang. Hasil pengukuran dapat dijadikan
sebagai suatu acuan dalam analisa perangkat. Berikut beberapa tahap pengujian
dalam penelitian ini :
1. Pengukuran
SWR.
2. Pengukuran
return loss.
3. Pengukuran
Impedansi
4. Pengukuran
pola radiasi dan beamwidth antena.
5. Pengujianantena
pada access point.
Pengukuran Standing Wave Ratio (SWR).
Pengukuran SWR
bertujuan untuk mengetahui besarnya perbandingan antara amplitudo maksimum
dengan amplitudo minimum pada gelombang berdiri yang diakibatkan oleh ketidak
sepadanan impedansi. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 8
Gambar 8. Hasil
Pengukuran Standing Wave Ratio (SWR)
Gambar 8
menunjukkan pengukuran nilai SWR mengunakan alat ukur Advantest R3770 network Analyzer. Untuk frekuensi WLAN 2400
diperoleh nilai SWR minimum sebesar 1,25.Dengan demikian, antenna yagi yang
dirancang memenuhi persayaratan SWR yang ideal (<1,5)
Pengukuran Return Loss.
Pengukuran return loss bertujuan untuk mengetahui
besarnya daya yang tidak kembali ke unit pemancar atau terserap oleh antena.
Hal ini dapat dilihat pada Gambar 9, dibawah ini:
Pada Gambar 9
diatas,hasil return loss diperoleh
dari nilai SWR, dimana semakin kecil nilai SWR yang didapatkan, maka semakin
bagus nilai return loss yang
diperoleh. Hasil return loss pada frekuensi WLAN 2400 diperoleh nilai minimum
sebasar -18,28 dB.
Pengukuran Impedansi Input
Pengukuran
impedansi merupakan hal yang paling penting dalam perancangan antena karena
sebenarnya antena itu sendiri berfungsi sebagai penyapadan impedansi antena tersebut
dengan impedansi saluran. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 10.
Pada Gambar 10
diatas, hasil impedansi input diperoleh
pada frekuensi 2,4 GHz memiliki impedansi input
sebesar 43,630 – j 8,725 Ω
Pengukuran pola radiasi.
Proses
pengukuran dilakukan secara manual yaitu pengukuran daya penerimaan spectrum analyzer dari arah 00 sampai
3600 pada kelipatan 100 . Pada Gambar 11 antena referensi horn berfungsi sebagai antena pemancar yang dihubungkan ke signal generator sebagai pembangkit
sinyal. Sedangkan pada antena yagi berfungsi sebagai antena penerima yang
dihubungkan ke spectrum analyzer
untuk mengukur daya terima yang dihasilkan oleh antena yagi.
Hasil pengukuran polaradiasi antena yagi
Berdasarkan data
padaTabel 3, dapat ditentukan polaradiasi secara vertikal, dimana diperoleh
daya terima minimum sebesar -63,39 dBm pada posisi
, sedangkan daya terima maksimum diperoleh
sebesar -40,78 dBm pada posisi
. Selanjutnya dapat ditentukan beamwidth yang diperoleh dari daya
terima antena yagi minimum sebesar -63,3 dBm dikurangi setengah daya sebesar
3dB, maka didapatkan sebesar -66,3 dBm. Jadi untuk half power beamwidth vertikal didapatkan sebesar
. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 12 dibawah
ini.



Sedangkan untuk
pola radiasi horizontal diperoleh daya terima minimum sebesar -57,4 dBm pada
posisi 1800 dan daya terima maksimum diperoleh sebesar -47,1 dBm pada posisi
. Sehingga dapat ditentukan beamwidth yang diperoleh dari daya
terima antena yagi minimum sebesar -57,4 dBm dikurangi setengah daya sebesar 3
dB, maka didapatkan sebesar -60,4 dBm. Jadi half
power beamwidth horizontal didapatkan sebesar
. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 13.


Pengukuran Gain
Untuk mengetahui
gain antena yagi maka proses
pengukuran penguatan antena dilakukan dengan menggunakan sistem perbandingan
antara antena referensi dengan antena yagi. Hasil pengukuran penguatan sebagai
berikut; level kuat medan
=
-48,2 dBm untuk antena yagi, dan
=
-56,2 dBm untuk antena monopole,
sebagai referensi. Penguatan antena referensi (DRG Horn) adalah sebesar 12 dB.
Terdapat perbedaan polarisasi lingkaran dan linier sebesar (-3 dB) antara
antena yagi yang diukur dengan antena referensi sehingga perlu ditambahkan
faktor rugi polarisasi (LPF). Penguatan antena yagi dapat dihitung secara rumus
dengan persamaan (5), dimana diperoleh gain
antena sebesar 16 dB. Sedangkan hasil pengukuran penguatan kuat medan
menggunakan persamaan (6) diperoleh sebesar 23 dB, dimana terdapat perbedaan
nilai sebesar 7 dB. Nilai 7dB ini disebabkan rugi-rugi efesiensi proses
pembuatan alat itu sendiri yaitu kurang halusnya proses dari konduktor yagi
yang menuju konektor kabel.


Pada perancangan
ini dilakukan simulasi menggunakan SuperNEC
2.9. Hasil simulasi menggunakan SuperNEC 2.9
lebih bagus dibandingkan dengan hasil pengukuran, dimana nilai dari SWR hasil
simulasi 1,69 sedangkan hasil pengukuran 1,25, Gain hasil simulasi 10 dBi sedangkan hasil pengukuran 16 dB,
Impedansi Input hasil simulasi 47,8 Ω
+ j25,9 Ω sedangkan hasil pengukuran 43,6 Ω - j 8,72 Ω. Pada Gambar 13
merupakan hasil dari simulasi menggunakan SuperNEC
2.9.
Gambar 14. Hasil
simulasi antena yagi 2,4 GHz (a) Gain antena yagi 2,4 GHz (b) Nilai SWR Antena
yagi 2,4 GHz
Pengukuran antena dengan menggunakan software
Vistumbler
Tahap
selanjutnya adalah pengujian antena yagi terhadap antena pada acces point wireless-G 2,4 GHz TP-Link tipe TL-WA5110G pada
jaringan wireless fidelity (Wifi)
dengan menggunakan aplikasi software vistumbler.
Gambar 15. Pengukuran
Aplikasi Antena pada notebook (a) antenna yagi yang diukur (b) notebook yang
berfungsi sebagai penerima
Pengukuran
aplikasi ini menggunakan dua tahap pengukuran yaitu dengan cara menggantikan
antena pemancar secara bertahap, hasil pengukuran sebagai berikut:
-
Pengukuran
menggunakan antena omni
1. Tahap
pertama yang harus dilakukan adalah pengukuran antena omni dengan jarak 15
meter.Hasil pengukuran menggunakan 1 antena dapat dilihat pada Gambar 16,
sebagai berikut:
Gambar 16. Hasil
Pengujian menggunakan Antena Omni Pada Jarak 15 meter
Berdasarkan
hasil pengamatan pada gambar 16 diatas, diperoleh bahwa notebook mendeteksi level daya tertinggi sebesar -35 dBm.
2.
Pengukuran antena Omni
dengan jarak 15 dan 35 meter.Hasil pengukuran menggunakan dua antena dapat
dilihat pada Gambar 17 sebagai berikut:
Gambar 17. Hasil
Pengujian menggunakan Antena Omni Pada Jarak 15 dan 35 meter
Berdasarkan
hasil pengamatan pada gambar 17 diatas, diperoleh bahwa notebook mendeteksi level daya tertinggi pada jarak 15 meter
sebesar -42 dBm. Pada jarak 35 meter level daya tertinggi sebesar -51 dBm.
-
Pengukuran
menggunakan antena yagi
1.
Tahap kedua adalah
pengukuran antena yagi pada access point
dengan jarak 5 meter. Hasil pengukuran menggunakan satu antena dapat dilihat
pada Gambar 18, sebagai berikut:
Gambar 18. Hasil
Pengujian menggunakan Antena yagiPada Jarak 5 meter
Berdasarkan
hasil pengamatan pada gambar 18 diatas, diperoleh bahwa notebook mendeteksi level daya tertinggi sebesar -24 dBm.
2.
Pengukuran antena yagi
dengan jarak 15 dan 35 meter.Hasil pengukuran menggunakan satu antena dapat
dilihat pada Gambar 19, sebagai berikut:
Gambar 19. Hasil
Pengujian Antena Yagi Pada Jarak 15 dan 35 meter
Berdasarkan
hasil pengamatan pada gambar 19 diatas, diperoleh bahwa notebook mendeteksi level daya tertinggi pada jarak 15 meter
sebesar -37 dBm. Pada jarak 35 meter level daya tertinggi sebesar -44 dBm.
Hasil pengujian
kuat level medan kedua antena ini pada access point, diperoleh sebesar 7,7 dB, gain antena yagi 16 dB dikurangi dengan gain antena Omni sebesar 4 dBi, diperoleh pengukuran sebesar 12,7 dB. Sehingga
dari hasil rata – rata peningkatan antena yagi terhadap antena omni diperoleh
sebesar 12,1 dB dari titik pada jarak 5 meter sampai 35 meter. Maka hasil yang
diperoleh pengujian level kuat medan menggunakan software vistumbler sudah sesuai.
Pada Tabel 5
diatas, dijelaskan bahwa nilai level daya dihasilkan antena omni sebesar -42,7
dBm, sedangkan level daya antena yagi dihasilkan sebesar -35 dBm. Dengan
demikian hasil pengujian menggunakan antena yagi lebih baik dibanding antena
omni. Ini terbukti makin tinggi nilai level kuat medan yang diperoleh, makin
jauh kualitas daya pancaran antena tersebut.
Terimakasih untuk kalianyang sudah membaca blog ini, semoga bermanfaat..
Sumber:
No comments:
Post a Comment